Dewasa ini kita sudah sangat akrab dengan printer warna yang sering kita gunakan untuk mencetak berbagai dokumen baik berupa teks, grafik maupun gambar dengan kualitas tinggi. Printer inkjet pertama kali diproduksi pada awal abad ke-20 namun eksperimen-eksperimen yang mendukung terciptanya printer inkjet sudah dimulai sejak tahun 1750an. Eksperimen pertama dilakukan oleh Jean-Antoine Nollet pada tahun 1749 yang meneliti efek listrik statis pada aliran tetesan zat cair (tinta), kemudian awal abad 19 Lord Rayleigh melakukan berbagai eksperimen untuk mengamati proses pembentukan tetesan dari inkjet dan interaksinya. (Graham D Martin, 2008). Secara garis besar prinsip dari printer inkjet dapat dilihat dari gambar 1.
Tinta berwarna dilewatkan melalui lubang yang sangat kecil yang disebut nozzle yang memisahkan tinta menjadi banyak tetesan kecil. Tetesan-tetesan kecil ini diberi muatan listrik statis yang berasal dari perintah komputer saat kita melakukan proses printing (pencetakan). Setiap tetesan kecil tinta mendapat besar muatan yang berbeda bergantung pada perintah sinyal yang diberikan komputer. Selanjutnya tetesan tinta yang bermuatan ini dilewatkan pada pelat defleksi (deflection plates) yaitu dua pelat logam yang diberi beda potensial tertentu. Saat tetes tinta bermuatan melewati pelat, artinya tinta bermuatan melalui daerah bermedan listrik sehingga akan mendapatkan gaya listrik. Dengan demikian arah dan besar gaya listrik yang dialami tetesan tinta ini dikendalikan oleh besar tegangan pelat. Sehingga tinta dapat jatuh tepat pada posisi kertas sesuai dengan huruf/gambar objek yang dicetak dari komputer.